Selasa, 15 Desember 2009

artikel#

TjomrohaneutZine
Media Kanggo Oemoem

Katakan saja, tidak. dan itu akan membuat kita lebih baik lagi dihadapan siapapun. Terlalu pagi mengatakan hari ini berarti kita tidak menikmati malam yang indah. ya inilah malam yang aku sendiri kagum dibuatnya. entah apa yang akan aku lakukan tapi menurutku ini sudah cukup. sekarang dan hari esok ini masih ada yang lain. tentang bebrapa tulisan yang sampai sekarang Zine adalah non-komersial, non-profesional, majalah bersirkulasi kecil yang oleh pembuatnya dibuat, dicetak dan didistribusikan sendiri. Dibentuk oleh sejarah panjang media alternatif di Amerika, zine sebagai sebuah bentuk media lahir di tahun 1930-an. Pada waktu itu para penggemar fiksi-fiksi ilmiah, melalui perkumpulan-perkumpulan yang mereka buat mulai membuat media yang mereka sebut fanzine sebagai cara untuk berbagi cerita-cerita fiksi ilmiah, opini serta berkomunikasi diantara mereka. Empat puluh tahun kemudian di pertengahan tahun 1970-an, pengaruh yang besar pada zine terjadi saat para fans musik punk rock dimana mereka jelas jelas tidak menghiraukan media media musik mainstream dengan mulai membuat zine tentang musik dan kultur mereka tersebut.-( Notes from the underground-Stephen Duncombe) Sedangkan menurut saya sendiri, zine adalah sebuah perayaan kebebasan berekspresi dalam sebuah media diluar media yang ada selama ini. (Memang pada kenyataannya sekarang ada juga yang dinamakan e-zine atau elektronik zine, namun disini saya mau bicara tentang zine cetak aja ya Sayang ya!) Tipikal isi zine diawali dengan personal editorial, kemudian artikel-artikel curhatan, kritik, opini, serta ulasan-ulasan mulai dari zine, buku, musik dan lain sebagainya. Diantara halaman-halamannya terdapat puisi, cerpen, potongan-potongan berita dari media massa plus komentar tentang berita tersebut, juga ilustrasi dan komik. Editor merupakan kontributor terbesar dari zinenya, namun dia biasanya juga akan mendapatkannya dari teman atau sesama pembuat zine lainnya. Cara yang lebih umum membuka penawaran untuk berkontribusi di dalam zinenya tadi. Isi juga bisa merupakan bajakan atau ‘pinjaman’ dari zine lainnya atau media mainstream sekalipun, bahkan terkadang diambil begitu saja tanpa ijin penulisnya. Dicetak diatas mesin fotokopi standar, direkatkan ditengah-tengah atau di pinggirnya, jumlah halamannya berkisar antara sepuluh hingga empat puluh halaman. Zine memang terlihat jadi seperti berada diantara surat personal dan majalah. Ada zine yang dicetak dalam jumlah besar seperti Slug & Lettuce, ada juga yang memiliki begitu banyak kontributor dan halaman seperti Maximum Rock’n Roll, namun zine kebanyakan memang dibuat dengan semangat Do It Yourself apapun bentuk dan isinya.-( Notes from the underground-Stephen Duncombe) Namun saya sendiri selalu menyukai bentuk-bentuk media yang diluar dari bentuk media yang sudah ada, termasuk zine itu sendiri. Semakin berbeda sebuah zine, maka akan semakin menarik buat saya, karena akan terlihat perayaan kebebasan berekspresi dalam zine tadi semakin maksimal tak hanya dalam topik dan disainnya, namun juga bentuk luarnya. Makin banyak juga kejutan dan makin inspiratif jadinya. Sayangnya lagi, disini masih terlalu banyak yang menggunakan ukuran standar A5 sebagai bentuk zinenya, dan masih terlalu sedikit yang mau bereksperimen dengan bentuk-bentuk lainnya. Bikin yang bentuknya misalnya siluet binatang atau logo lucu juga kayaknya ya? Heheeh! Fanzines adalah kategori tertua dari zine sehingga mungkin saja banyak orang yang menganggap semua zine adalah fanzines. Secara sederhana fanzine adalah publikasi atau media untuk mendiskusikan nuansa berbagai macam kultur dalam sebuah media. Beberapa pengelompokan dalam fanzine ini adalah: Zine fiksi ilmiah, musik,olahraga, televisi dan film,serta yang lainnya lagi diluar pengelompokan tadi. Sedangkan zine politis lalu dibagi lagi dengan P besar dan P kecil, dimana di dalamnya terdapat personal zine personal atau perzine, zine scene, zine network, zine kultur horror dan luar angkasa, zine agama dan kepercayaan, zine seks, zine kesehatan, zine perjalanan, zine sastra, zine seni, serta banyak lagi pengelompokan zine yang lainnya.-( Notes from the underground-Stephen Duncombe) Sementara buat saya sendiri pengkategorian zine seperti itu memang perlu untuk menjelaskan tentang isi sebuah zine, namun sama sekali tak perlu untuk para pembuat zine itu sendiri. Karena pada akhirnya kebebasan yang dirayakan dalam bentuk media seperti ini malah menciptakan sebuah batasan-batasan tak perlu. Sayangnya, disini zine-zine yang saya temui masih terlalu banyak yang berkisar pada tema yang itu itu saja! Musik, punk, politik, scene serta komik, sehingga belum banyak hal yang bisa dikomunikasikan oleh para pembuat, juga untuk para pembaca zine itu sendiri. Kenapa nggak membuat zine tentang mimpi misalnya, atau tentang tato, tentang emblem, tentang anak-anak, tentang tanaman, tentang menjahit, tentang obat, tentang zine itu sendiri mungkin, serta masih ada puluhan topik lainnya yang belum disentuh hingga saat ini. Iya kan? Orang orang aneh, kutu buku, kuper serta mereka yang dikucilkan oleh lingkungannya adalah karakter orang-orang yang biasanya membuat zine di Amerika. Mereka merayakan kehidupan mereka yang menyedihkan serta membuat segala hal tentang diri mereka yang tak tampak tadi menjadi sebuah wujud yang begitu jelas di depan orang lewat zine-zine mereka. Karenanya zine pertama kali ada diantara para penggemar fiksi-fiksi ilmiah, dimana mereka memiliki kepandaian diatas rata-rata namun kemampuan untuk bersosialisasinya dibawah rata rata. Seperti halnya juga zine Punk yang pertama kali diterbitkan oleh Legs McNeill, yang di dalam zinenya menjelaskan Punk sebagai ‘apa yang sering dikatakan oleh guru-guru kita dari dulu…kalau kita tidak pernah cukup berharga untuk apapun di hidup ini’.-( Notes from the underground-Stephen Duncombe) Dan disini walaupun memang awalnya adalah komunitas Dunia Bawah Tanah atau underground yang membuat media ini masuk ke dalam komunitas lainnya, sayangnya karena keterbatasan topik serta distribusi yang belum besar membuat zine seolah menjadi sebuah media eksklusif yang menuntut kualifikasi-kualifikasi tertentu untuk membuatnya. Padahal zine tidak pernah memiliki sebuah cara baku untuk membuatnya, isinya, apalagi pembuatnya. Semua orang bisa membuat zine karena zine adalah tentang semua orang. Punk bukan punk, anak underground atau bukan, anak kecil atau orang tua sekalipun, sendirian maupun beramai-ramai, zine bahkan tidak pernah menuntut pembuatnya untuk menjadi dirinya sendiri! Seseorang bisa saja menjadi seorang anak kecil, seorang perempuan Jepang, seekor anak beruang, bahkan sebuah topi di dalam zinenya tanpa seorangpun berhak menilainya penipu ataupun aneh, karena zine adalah sebuah perayaan kebebasan berekspresi dalam sebuah media cetak yang tak berbatas. Betul nggak? Zine dinilai seharga biaya pos hingga beberapa dollar saja, namun barter atau saling bertukar zine adalah umum dilakukan dan merupakan bagian dari aturan yang sudah diketahui sesama para pembuat zine. Distribusi umumnya dilakukan dari satu orang ke orang lainnya melalui pos, dijual di toko-toko buku dan musik, dibagikan atau barter di konser-konser punk, pertemuan para penggila fiksi fiksi ilmiah dan sejenisnya.Mereka diiklankan melalui mulut-ke-mulut, melalui kolom ulasan zine di dalam zine lainnya, serta zine zine yang membahas mengenai zine itu sendiri seperti Factsheet Five, yang bertujuan memang untuk mengulas serta mempublikasi media media seperti ini.-( Notes from the underground-Stephen Duncombe) Karenanya saya tidak pernah menyukai peletakkan zine di distro dalam arti dilihat sebagai produk, karena saya percaya zine adalah sesosok manusia dalam sebuah bentuk media cetak yang ingin sekali berkomunikasi dengan sebanyak-banyak orang di luar sana. Di dalam sebuah zine, khususnya zine-zine personal, akan terasa sekali istimewanya komunikasi serta pesan-pesan personal yang ingin disampaikan oleh para pembuatnya walaupun dalam bentuk tulisan saduran sekalipun serta cara mendisain yang mungkin secara umum mirip. Walaupun memang distro bisa jadi salah satu tempat distribusi, namun rasanya sedih juga melihat jajaran zine-zine yang berdebu di dalam sebuah distro seolah melihat seseorang atau sekumpulan orang yang berteriak-teriak ingin mengobrol tapi tak kunjung ada seorangpun yang mau mengajak mereka bicara. Ciee! Emosional banget ya? Hehehe! Tapi coba kita dengar apa kata Mike Gunderloy dari zine Fachsheet Five tentang zine, Zine dibuat bukan untuk uang, namun untuk Cinta. Cinta untuk berekspresi, cinta untuk berbagi, cinta untuk berkomunikasi. Dan sebagai salah satu bentuk protes terhadap sebuah budaya dan lingkungan yang menawarkan terlalu sedikit penghargaan atas hal-hal tadi, zine juga dibuat dari sebuah…Kemarahan! dai saya Syarief Hidayat selamat membaca TjomrohaneutZine.........Cag!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar